tafsir Qs.Luqman ayat 22

Imprint of Muhammad's seal used to stamp on le...Image via Wikipedia

Tafsir surat luqman ayat 22

Dan Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang Dia orang yang berbuat kebaikan, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul (tali) yang kokoh. dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.
Setelah disadarkan kepada kita bahwa Allahlah yang menciptakan, yang menundukan segalanya untuk kita, yang memberikan berbagai kenikmatan kepada kita, maka tentunya kesadaran akan hakikat ini mengantarkan kepada kita untuk tidak bersyukur melainkan kepada Allah yang telah memberiakan segalanya itu dan ini juga menyadarkan kepada kita untuk tidak tunduk selain kepada Allah Swt, ini yang dijelaskan di ayat dua puluh dua.
Begitulah Nabiyullah Ibrahim menjadi manusia yang paling dicintai Allah, paling dekat dengan Allah, maka diberi julukan khalilullah yang sangat dekat dengan Allah, Allah jadikan ibrahim itu sebagai khalilnya. kedekatan ini menunjukan ketinggian derjatnya, sebab Allah maha tinggi, ketika sujud juga kita baca Subhana rabbiala’la maha suci Rabbku yang maha tinggi.
Ketika hamba dekat dengan Allah berarti kedudukannya menjadi tinggi, ketinggian derajat Nabi Ibrahim karena ketundukannya kepada Allah yang penuh, disurat Al Baqarah diceritakan “Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". (Al Baqarah :131).
Allah tidak mengatakan tunduklah kepada Allah, tapi Nabi Ibrahim paham betul ketundukan itu hanya kepada Allah, maka ketika dikatakan aslim, dia tidak perlu ditunggu lagi kepada siapa tunduknya, sebab ketundukan itu hanya kepada Allah, “maka Ibrahim mengatakan aku tunduk sepenuhnya kepada Allah Rabbul ‘alamin itulah sebabnya setelah ibrahim mengatakan itu Allah mengangkat ibrahim sebagai pemimpin ummat manusia.
Disebutkan diayat ini wajah, bukan berarti yang ditundukan itu wajah saja, tapi penyebutan sebagian anggota tubuh maksudnya untuk seluruh tubuh, dalam bahasa kitapun begitu juga, kita sering mengatakan kamu kemana saja aku sudah lama tidak lihat mukamu,maksudnya seluruh tubuhnya.
Kata Ibnu Katsir, yusrin walihahu, artinya mengikhlaskan amalnya. Seringkali kita memahami kata ikhlas itu menyempit, misalnya seorang menyumbang tidak mau diumumkan padahal infaqnya tebal, kita bilang “dia ikhlas banget, ikhlas banget itu  hanya sebatas pada infaqnya saja, padahal ikhlas sesungguhnya itu ialah tunduk seratus persen kepada Allah.
Makna ikhlas itu murni, kalau ada madu seratus persen murni disebutkan Al Asalu khalis. Didalam kitab Rydhusshalihin ketika Imam Nawawi menjelaskan tentang keutamaan ikhlas, dikatakan ikhlas itu dalam segala hal bukan hanya dalam sholat saja atau dalam dzikir kita saja. Yang dituntut ketundukan kita hanya kepada Allah tidak tunduk kepada taghut, hawa nafsu, atau setan, itulah yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS, makanya Ibnu Katsir menafsirkan wama yusrin wajhahu illallah dengan mengikhlaskan semua perbuatannya sepenuhnya hanya untuk Allah, inilah yang kita ungkapkan inna sholati wanusuki wamah yaaya wamamati llillahirabbil’alamin.
Tambahannya adalah Wahua muhsinun. Dan dia selalu berbuat yang terbaik, itu disebutnya Ihsan orangnya disebut Muhsin. Suatu kali Jibril bertanya kepada Rasulullah tentang Ihsan, maka Rasul menjawab kamu beribdah kepada Allah seolah-olah kamu dilihat Allah dan apabila tidak melihatnya yakinilah bahwa Allah melihatmu, kesadaran bahwa dirinya dilihat Allah itulah ikhlas. Kalau kita sholat dibelakangnya ada ulama kita akan sebaik-baiknya, hendaknya kesadaran kita dalam setiap perbuatan bahwa Allah meliahat kita, maka setiap perbuatan kita akan tampil prima, itulah ihsan. Berarti orang itu telah berpegang kepada tali yang sangat kuat, seolah-olah Allah itu menjulurkan tali, Allah yang maha mulia melepaskan tali kemdian kita berpegangan pada tali itu maka kita nyambung dengan Allah. Kalau orang ikhlas seperti ini tidak mungkin dia dapat digoda, setan itu akan menggoda mati-matian manusia dari segala penjuru kecuali kepada hamba Allah yang ikhlas-ikhlas, orang yang sudah berpegang teguh tali Allah itu maka jaminan selamat, itu tidak mungkin dilakukan kalau tidak sadar betul tentang kemahakuasaan Allah, Karenanya diayat duapuluh dijelaskan dulu tentang kekuasaan Allah.
Ibnu Katsir mengatakan wahua muhsisnun fi amalihi artinya dia selalu berbuat yang terbaik dalam semua perbuatannya, berbuat terbaik itu adalah dengan melakukan perbuatan-perbuatan mengikuti seluruh yang perintahkan Allah kepadanya dan meninggalkan seluruh yang dilarang Allah kepadanya, itulah taqwa.
Diujung ayat 22 ini dikatakan “Dan kepada Allahlah akhir segala urusan,semuanya akan kembali kepada Allah termasuk kita, Allah Berfirman :Katakanlah kematian yang kamu menghindar dari kematian itu kamu pasti akan berjumpa dengan kematian itu kemudian kamu dikembalikan kepada Allah yang maha tahu yang ghaib dan yang nyata lalu Allah akan memberi tahukan tentang amal perbuatan kamu sewaktu didunia, Ini juga harus kita ingat perjalanan kita itu akan menghadap Allah, “wahai manusia seseungguhnya kamu sedang bergegas dengan seluruh amalmu menuju Allah tinggal ketika bertemu dengan Allah kita akan membawa apa?, yang meringankan atau yang membuat kita terjerumus kepada neraka. Kalau orang diberikan catatan amalnya dengan tangan kanan maka dia akan bangga, dia akan dihisab dengan mudah, tapi kalau diberikan dengan tangan kirinya dia akan sulit kehidupannya bahkan dia berkat lebih baik tidak usah diberikan catatan itu. Kita harus meyakini bahwa kita akan kembali kepada Allah. Orang dianggap tidak waras kalau punya tetanggga dua yang satu selalu memberi yang satu pelit, tapi kemudian dia tunduknya kepada yang pelit itu tidak waras.
“Dan Barangsiapa kafir Maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. hanya kepada Kami-lah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala isi hati.”
Setelah dijelaskan manfaat ketundukan kepada Allah maka ayat dua puluh tiganya. Dimuali dengan Siapa yang kafir? Kafir itu menutup sama dengan cover (penutup buku), menutup hatinya, pikirannya, dirinya.
Maka janganlah membuat kamu sedih terhadap kekafirannya. Kamunya ini kepada Rasulullah, kita lihat bagaimana Rasulullah itu disebut nabiyu rahmah apabila kita megajak tetangga kita, kita bujuk dia tidak mau tetap saja menolak, perasaan kita kesel. Kalau Rasulullah mengajak orang tidak mau beliau itu sedih, karena jangkauan pikiran Rasulullah itu jauh sekali, kalau orang diajak tidak mau orang itu akan dibakar di Neraka, kalau kita melihat seseorang dibakar terlepas Islam atau tidak kita kasihan juga. Beliau Nabi yang penuh dengan kasih sayang. Makanya diingatkan kalau orang sedih terus-terusan akan berakibat buruk, bapaknya Nabi Yusuf nangis terus-terusan jadi buta, makanya diingatkan walau kondisi seperti itu.
Kepada kamilah semuanya dikembalikan, dan kami akan beritahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah maha tau apa yang ada didalam dada kita, Pengetahuan Allah itu disebutkan syaamil, kita ada kadang-kadang ada kalau dilihat orang belaga alim, kalau tidak ada orang lain lagi ceritanya. Padahal diihat dan tidak diihat orang pasti Allah melihatnya, jangankan yang diluar sampai yang didalam dada kita perinsif ini harusnya melakat pada diri kita jadi nanti kita bukan hanya bagus dalam perbuatan kita, sampai batin kita pun baik.
Lalu diingatkan bagi orang yang diajak kedalam Islam tidak mau Dia akan merasakan kenikmatannya sebenatar saja Orang yang dalam kekafirannya dia merasakan nikmatnya itu didunia saja Nikmatnya dunia itu sangat singkat, kalau kita menunggu makanan dua jam rasanya enak banget, kalau sudah lewat daari tenggorokan sate sama singkong tidak ada bedanya, karenanya Jangan samaai kita kejar nikmat yang sebentar lalu kita korabankan kenikmatan yang hakiki, mukmin juga menikmati nikmatnya dunia tapi kalau orang kafir cuma didunia saja.
Kemudian kami masukan mereka kedalam azab yang sangat pedih. Begitulah orang yang tetap dalam kekafirannya maka Kenikmatan yang ia rasakan hanya kenikmatan duaniawi, kalau pagi kita disuruh minum air kelapa tidak enak tahan saja dulu pusa dulu sore diminum, makanya puasa itu ngajarin kita untuk menganal nikmat, dalam sebuah hadits itu dikatakan bahwa “orang yang berpuasa itu mendapatkan dua kenikmatan ketika dia berbuka dan ketika dia bertemu dengan Allah dengan amal puasanya itu.
Reblog this post [with Zemanta]

0 komentar:

Posting Komentar